Hello …My Name is Denny…..

July 9th, 2009

studi kasus KM di LIPI (I)

Posted by Denny Fatahan in case Knowledge Management

Sumber :

ilmukomputer.com

Bambang Setiarso
PDII-LIPI, Jl.Gatot Subroto 10 Jakarta 12710
Bambang20022000@yahoo.com atau setiarso@pdii.lipi.go.id

Penerapan Knowledge Management

pada Organisasi:

Studi Kasus di Salah Satu Unit Organisasi LIPI

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membangun konsep Organizational Knowledge Management System (OKMS) di

salah satu unit organisasi LIPI sebagai studi kasus dan sekaligus merupakan hasil penerapan sistem KM (Knowledge

Management) pada organisasi. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan studi literatur dan studi banding,

membuat desain riset, serta melakukan pengumpulan data melalui survai, penyebaran kuesioner dan wawancara.

Hasil yang diperoleh adalah dengan adanya sistem KM yang akan dikembangkan pada organisasi dapat

mengakomodasi kebutuhan data, informasi, dan knowledge yang dibutuhkan. Sehingga dengan mengoptimalkan

fungsi Knowledge Centre yang terintegrasi dengan sistem intranet, maka setiap pengguna dapat memperoleh dan

menggunakan informasi serta knowledge yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat. Disarankan agar strategi KM

yang akan dikembangkan harus selaras dengan strategi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.

Pendahuluan

Di era globalisasi yang ditunjang oleh inovasi juga

ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sangat pesat. Menyadari akan

persaingan yang semakin berat, maka diperlukan

perubahan paradigma organisasi dari yang semula

mengandalkan pada resource- based menjadi

knowledge-based yang bertumpu pada pengembangan

metadatabases, data mining, data warehouse, dan

sebagainya. Upaya lain yang perlu dilakukan ke

depan adalah pengembangan SDM dan knowledge

sharing (berbagi knowledge) dikalangan karyawan

menjadi sangat penting guna meningkatkan

kemampuan manusia untuk menghasilkan inovasi.

Mengelola knowledge sebenarnya

merupakan ”bagaimana organisasi mengelola

karyawan mereka dari pada berapa lama mereka

menghabiskan waktu untuk teknologi informasi”.

Sebenarnya menurut mereka bahwa knowledge

management adalah bagaimana orang-orang dari

berbagai tempat yang berbeda mulai saling

berbicara, yang sekarang populer dengan label

learning organization.

July 9th, 2009

case Knowledge Management II(Lanjutan)

Posted by Denny Fatahan in case Knowledge Management

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Profil Responden

Hasil analisis data profil responden yang diper-

oleh penulis yaitu responden laki-laki sebanyak 20

orang (76,9%), responden perempuan sebanyak 6

orang (23,1%), rata-rata usia responden 32 tahun.

Prosentase latar belakang pendidikan paling banyak

adalah lulusan SMU sebanyak 10 orang (38,5% ).

Responden dalam penelitian ini paling banyak

berasal dari sub-divisi concierge sebanyak 14 orang

(53,8%). Rata-rata responden menekuni bidangnya

saat ini adalah 8 tahun.

Analisis Partial Least Square

Diagram Jalur

Pada bagian ini penulis membuat diagram jalur

yang akan membahas mengenai analisis pengaruh

personal knowledge, job procedure, dan technology

terhadap kinerja karyawan hotel. Selain itu, analisis

ini juga digunakan untuk mengetahui variabel mana

yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja

karyawan. Dalam pengolahan data kuesioner penulis

menggunakan program SPSS. Berikut diagram jalur

untuk partial least square:

Experience

Personal

Knowledge

Standard

Operation

Procedure

Job Procedure

R²=0,315

Intranet

Technology

Kinerja

Karyawan

R²=0,687

Quality

Timeliness

Interpersonl

Impact

Need for

Supervision

Quantity

Gambar 2. Diagram Jalur Partial Least Square

Pengaruh Knowledge

Management

Terhadap Kinerja Karyawan

A

nalisis statistik yang digunakan adalah Partial

Least Square (PLS) yang persamaannya adalah:

a. Job procedure = α personal knowledge

b. Kinerja = β1. personal knowledge + β2. job

procedure + β3. technology

Goodness of Fit

Dalam Partial Least Square (PLS) terdapat 2

macam model yaitu:

a. Outer Model

Composite Reliability

Kelompok indikator yang mengukur sebuah

variabel memiliki reliabilitas komposit yang baik jika

memiliki composite reliability≥0,7, walaupun bukan

merupakan standar yang absolut. Dalam hal ini

penulis tidak melakukan uji reliabilitas terhadap

variabel kinerja dikarenakan data tersebut merupa-

kan data sekunder dari Surabaya Plaza Hotel. Berikut

penulis menyajikan tabel composite reliability.

Tabel 1. Composite Reliability

Variabel Laten

Koefisien

Reliability

Jumlah

Indikator

Personal

Knowledge

Technology

Sumber: Data primer, diolah

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa variabel

personal knowledge dan job procedure dianggap

reliabel dikarenakan composite reliabilitynya ≥ 0,7.

Sedangkan variabel technology dianggap tidak

reliabel dikarenakan composite reliability-nya ≤ 0, 7.

b. Inner Model

Goodness of fit model diukur menggunakan R-

square variabel laten dependen dengan interpretasi

yang sama dengan regresi Q-square predictive

relevance untuk model struktural, mengukur

seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model

dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square

harus>0 di mana menunjukkan model memiliki

predictive relevance. Berikut model regresi dalam

penelitian ini:

1. Personal knowledge=α job procedure (R²=0,315)

Yang artinya kemampuan personal knowledge

untuk menjelaskan keragaman pemahaman ten-

tang job procedure adalah sebesar 0,315 atau 31,

5%.

2. Kinerja=β1. personal knowledge+β2. job

procedure+β3. technology (R²=0,687)

Yang artinya kemampuan kinerja untuk men-

jelaskan keragaman personal knowledge, job

Kosasih, Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

85

procedure, dan technology adalah sebesar 0,687

atau 68,7%.

Selanjutnya perolehan R² dimasukkan ke dalam

persamaan Q-square berikut:

Q² = 1 – (1 – job procedure) (1 – kinerja)

= 1 – (1 – 0,315) (1 – 0,687)

= 1 – (0.685) (0,313)

= 0,785595

Dari perhitungan ini nilai Q²=0,785595>0, yang

berarti model memiliki predictive relevance, di

mana semakin mendekati 1 berarti model

semakin baik.

3. Analisis Uji Hipotesis

Pada pengujian ini penulis akan melakukan

resampling bootstraping untuk mengetahui apa-

kah nilai antara personal knowledge, job pro-

cedure, technology akan bersifat signifikan

mempengaruhi kinerja karyawan dan apakah

nilai dari variabel personal knowledge bersifat

signifikan mempengaruhi job procedure. Statistik

uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t.

Tabel 2. Analisis Uji t

original

sample

estimate

mean of

sub-

samples

Standard

deviation

T-

Statistic

P_Value

personal –

>jobpros

0.561 0.566 0.331 1.695 0.045349

personal –

>kinerja

0.499 0.235 0.32 1.557 0.060052

jobpros –

>kinerja

0.099 0.11 0.286 0.345 0.36512

Tekno –

>kinerja

0.562 0.382 0.344 1.632 0.051655

Sumber: Data primer, diolah.

a. Hipotesis statistik

H1 = terdapat pengaruh positif antara personal

knowledge, job procedure, technology ter-

hadap kinerja karyawan.

H2 = terdapat pengaruh positif antara personal

knowledge terhadap job procedure.

H3 = job procedure merupakan intervening an-

tara personal knowledge dengan kinerja.

b. Keputusan

1. Pengambilan keputusan berdasarkan p-value

Hipotesis inner model 1:

P1 = 0.060052<α=0, 10, sehingga signifikan

(personal knowledge)

P2 = 0.345>α=0, 10, sehingga tidak signi-

fikan (job procedure)

P3 = 0.051655<α=0, 10, sehingga signifikan

(technology)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima, karena tidak semua variabel bebas

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

karyawan hotel. Hanya variabel personal

knowledge, dan technology yang berpengaruh

secara signifikan, sedangkan job procedure

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja karyawan hotel. Dengan demikian

maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara personal

knowledge, job procedure, technology

terhadap kinerja karyawan hotel ditolak.

Hipotesis inner model 2:

P4 = 0.045349<α=0, 10, sehingga signifikan

(personal knowledge terhadap job

procedure)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, karena personal knowledge berpenga-

ruh secara signifikan terhadap job procedure.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan

bahwa ada pengaruh antara personal know-

ledge terhadap pemahaman karyawan akan

job procedure diterima.

2. Pengambilan keputusan berdasarkan perban-

dingan t hitung dengan t tabel

t hitung 1= 1.557

t hitung 2= 0.345

t hitung 3= 1.632

Karena t hitung 1=1.557>t tabel=1.282, t

hitung 2=0.345<t tabel=1.282, t hitung

3=1.632>t tabel=1.282, apabila melihat besar-

nya pengaruh dari tiap variabel maka variabel

yang berpengaruh paling dominan adalah

variabel technology. Dengan demikian hipo-

tesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang

paling dominan adalah job procedure ditolak.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Dari keseluruhan analisis yang telah dilakukan

penulis menemukan bahwa pengaruh langsung

antara job procedure ke kinerja menunjukkan

arah yang positif namun nilainya sangat kecil

yaitu sebesar 0,099 (perolehan angka dapat

dilihat pada tabel 4.26). Namun apabila melihat

pengaruh secara total antara personal knowledge

dan job procedure ke kinerja maka perolehan

nilainya akan lebih tinggi, dengan perhitungan

sebagai berikut:

Pengaruh total terhadap kinerja = (0,561 x 0,099)

+ 0,499 = 0,555

Yang artinya job procedure yang diimbangi

dengan personal knowledge akan memberikan

pengaruh yang baik bagi kinerja karyawan hotel.

2. Penulis juga menemukan bahwa pemahaman

Standard Operation Procedure sebagai indikator

JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL.3, NO.2, SEPTEMBER 2007: 80-88

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

86

dari job procedure dalam jangka waktu yang

panjang (long run) tidak menunjukkan pengaruh

yang kuat terhadap kinerja, hal ini juga dapat

dilihat dari jumlah responden atau karyawan

hotel yang lama menekuni bidangnya saat ini

kebanyakan lebih dari 9 tahun. Dengan jangka

waktu yang lama tersebut maka karyawan tidak

lagi terpaku pada Standard Operation Procedure

yang ada, namun pada prosesnya karyawan juga

belajar dari pengalaman yang diperoleh.

3. Hasil temuan yang penulis peroleh dari hasil

penelitian sebelumnya tentang knowledge mana-

gement yang dipaparkan oleh beberapa peneliti

seperti Malhotra dan Ardichvili (2002) dimana

dalam penelitiannya di bidang teknologi atau e-

business, dipaparkan mengenai pentingnya pera-

nan knowledge management yang disertai dengan

kemampuan individu atau karyawan dalam peru-

sahaan. Selama ini banyak perusahaan melaku-

kan investasi pada aspek teknologinya agar selalu

up to date, tetapi tidak memperhatikan sumber

daya manusia yang dimiliki, akibatnya kinerja

perusahaan tidak maksimal dikarenakan tidak

diimbangi dengan pembekalan pengetahuan ter-

hadap sumber daya manusianya. Contoh kasus

pada perusahaan Xerox, John Seely Brown

selaku direktur perusahaan tersebut melakukan

investasi lebih dari USD 1 milyar pada teknologi

dalam perusahaannya. Namun peningkatan

efisiensi dan efektifitas pada pengetahuan

karyawan sangat minim akhirnya kinerja

perusahaan menjadi tidak maksimal. Sedangkan

pada penelitian lain yang dilakukan Donoghaue,

Harris dan Weitzman mengemukakan bahwa

knowledge management yang efektif membutuh-

kan kombinasi dari berbagai macam elemen

organisasi contohnya teknologi dengan praktisi

sumber daya manusia, struktur organisasi dan

budaya dalam artian untuk memastikan bahwa

pengetahuan yang benar diperlukan untuk ber-

tahan pada saat yang tepat. Penulis juga

menemukan selama ini kebanyakan penelitian

knowledge management dilakukan pada industri

di bidang teknologi, hal ini dikarenakan industri

teknologi mempunyai perkembangan produk

yang sangat cepat regenerasinya sehingga mem-

butuhkan orang-orang yang selalu memiliki

inovasi-inovasi mutakhir agar dapat terus exist

dalam dunia bisnis. Pada intinya perusahaan

dalam bidang teknologi sangat mementingkan

kemampuan individu dalam menggali pengeta-

huan yang dimilikinya untuk mengembangkan

perusahaan. Dan kesimpulan yang diperoleh

bahwa penerapan knowledge management harus

diikuti antara pengetahuan yang dimiliki oleh

intangible asset yaitu setiap individu atau karya-

wan dalam suatu perusahaan dan tangible asset

seperti teknologi yang dimiliki perusahaan ter-

sebut. Saat ini penelitian dalam bidang jasa

mengenai penerapan knowledge management

masih sangat jarang ditemukan, maka dari itu

penulis mengangkat penelitian ini sebagai gam-

baran baru bagi dunia jasa bahwa penerapan

knowledge management juga dapat memberikan

manfaat nyata bagi kinerja perusahaan khususnya

di industri perhotelan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Responden paling banyak berusia 25 tahun,

dengan rata-rata lama menekuni bidangnya saat

ini lebih dari 9 tahun.

2. Pada pengaruh langsung personal knowledge, job

procedure dan technology tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Namun pada pengaruh tidak langsung personal

knowlegde dan job procedure berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini

berarti dengan pengalaman yang dimiliki dan

pemahaman Standard Operation Procedure yang

baik akan berpengaruh pada kinerja karyawan.

3. Terdapat pengaruh antara personal knowledge ke

job procedure, dimana hal ini berarti dengan

personal knowledge yang baik maka pemahaman

akan job procedure juga baik.

4. Faktor yang paling dominan mempengaruhi

kinerja adalah technology. Hal ini dikarenakan

pada departemen front office banyak mengguna-

kan fasilitas technology untuk mendukung proses

kerja, contohnya pada sub-divisi reception yang

banyak menggunakan intranet dan fidelio untuk

menyimpan data dan memberikan informasi

antar departemen.

5. Menurut penulis secara keseluruhan implemen-

tasi knowledge management di Surabaya Plaza

Hotel sudah cukup baik, hal ini juga dapat dilihat

dari program-program yang ada yang menawar-

kan bentuk pelatihan atau training agar karyawan

diberi kesempatan untuk mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya. Program lain

yang diadakan yaitu sharing best-practices yang

menjadi wadah bagi para karyawan untuk mela-

kukan transfer knowledge demi peningkatan

kinerja hotel.

Kosasih, Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

87

Saran

Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya,

penulis menyarankan beberapa hal yang diharapkan

dapat membantu pihak hotel agar dapat mening-

katkan kualitas kinerja karyawannya, yaitu:

1. Pengetahuan akan job procedure hendaknya

disertai dengan personal knowledge yang baik

dari setiap karyawan.

2. Pihak hotel diharapkan untuk terus menggali

potensi sumber daya manusianya, dengan aktif

mengadakan kegiatan dan training yang ber-

manfaat.

3. Pihak hotel diharapkan dapat melakukan program

pemberian award bagi karyawan yang aktif dan

berprestasi atau yang memiliki wawasan luas

tidak hanya dalam departemennya saja melainkan

juga pada departemen lain, sehingga karyawan

mendapatkan motivasi agar tidak malas dalam

mengembangkan pengetahuan. Sehingga pada

akhirnya dapat memberikan manfaat bagi per-

usahaan dan bagi karyawan itu sendiri.

4. Pihak hotel diharapkan terus mengembangkan

penerapan knowledge management dan me-

nyeimbangkan antara intangible asset yang di-

miliki dengan tangible asset atau aspek fisik yang

mendukung.

Lebih lanjut, penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan, yaitu:

1. Jumlah sampel yang kecil dan hanya terbatas

pada salah satu departemen dalam hotel yaitu

front office, sehingga tidak memungkinkan untuk

melakukan generalisasi.

2. Data tentang penilaian kinerja merupakan data

sekunder, dimana dari hal ini penulis tidak

mengetahui metodologi pengukuran kinerja yang

dilakukan oleh Surabaya Plaza Hotel sehingga

tingkat akurasinya tidak diketahui dengan pasti.

3. Tidak semua variabel dari tacit dan explicit

diukur dalam penelitian ini penulis hanya mem-

batasi pada tiga variabel saja yaitu personal

knowledge, job procedure, dan technology.

Berpijak dari keterbatasan tersebut, penulis mem-

berikan saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Diharapkan untuk melakukan penelitian know-

ledge management dengan memperluas karak-

teristik sampel pada beberapa kategori hotel

sebagai langkah generalisasi.

2. Penelitian juga dapat dilakukan dengan meng-

hubungkan knowledge management dengan

kepuasan pelanggan.

3. Memperbesar jumlah sampel dengan tujuan agar

penelitian tentang knowledge management mem-

berikan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR REFERENSI

Ardichvilli, A. (2002). Knowledge management,

human resource department, and internet

technology. Advances In Developing Human

Resources, 4, (451), pp. 4 – 5.

Anshori, Y. (2004). Analisis keunggulan bersaing

melalui penerapan knowledge management

dan knowledge-based strategy di Surabaya

Plaza Hotel. Jurnal Manajemen Perhotelan,

1, (2), pp. 39 – 53.

Bateman, T. S., & Snell, S. A. (2002). Management

competing in the new era (5

th

ed.). Irwin:

McGraw-Hill.

Basuki, H. (2006, September). Modul workshop

metodologi penelitian SEM. Surabaya: ITS.

Bernardin, R. A. (1993). Human resource manage-

ment: An experimental approach. Singapore:

McGraw Hill.

Carrillo, P., Robinson, H., Al-Ghassani, A., Anumba,

C. (2004). Knowledge management in UK

construction: Strategies, resources and

barriers. Project Management Journal, 35,

(1), p. 46.

Dajan, A. (1996). Pengantar metode statistik (jilid

2). Jakarta: LPES.

Djohar, S. (2000, Juli). Knowledge management.

Majalah manajemen, pp. 28-30.

Fatwan, S., (2006, Februari). Knowledge mana-

gement, warna cerah dunia bisnis Indonesia.

SWA, 4, (22), p. 53.

Ferdinand, A. (2002). Structural equation modeling

dalam penelitian manajemen aplikasi model-

model rumit dalam penelitian untuk tesis

magister & disertasi doktor. Semarang:

Fakultas Ekonomi Undip.

Honeycutt, J. (2005). Knowledge management

strategies; Strategi manajemen pengetahuan.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Kuncoro, M. (2004). Metode kuantitatif: Teori dan

aplikasi untuk bisnis dan ekonomi (2

nd

ed.).

July 9th, 2009

case Knowledge Management

Posted by Denny Fatahan in case Knowledge Management

PENGARUH KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP KINERJA KARYAWAN: STUDI …

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

PENGARUH KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP KINERJA

KARYAWAN: STUDI KASUS DEPARTEMEN

FRONT OFFICE SURABAYA PLAZA HOTEL

Natalia Kosasih

Dosen Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra

Email: natalia_bryan@yahoo.com

Sri Budiani

Alumnus Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra

Email: chen_swangswang@yahoo.com

Abstrak: Pada era persaingan bebas saat ini diharapkan knowledge management dapat memberikan

kontribusi yang baik bagi sumber daya manusia khususnya pada dunia hospitality. Penelitian ini bertujuan

mengukur pengaruh dari knowledge management terhadap kinerja karyawan dengan studi kasus pada

departemen front office di Surabaya Plaza Hotel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa knowledge

management secara tidak langsung mempengaruhi kinerja karyawan, ada pengaruh yang signifikan antara

personal knowledge terhadap job procedure, dan faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja

karyawan adalah technology.

Kata kunci: knowledge management, kinerja karyawan, Surabaya Plaza Hotel.

Abstract: At the era of the global competition, knowledge management hopefully could provide sufficiently

significant contributions to human resources, particularly among the hospitality world. This research is

aimed at measuring the influence of knowledge management on the performance of the employees using

case studies on the front office department at the Surabaya Plaza Hotel. The outcome of this research

reveals that knowledge management indirectly affects the employee’s performance, personal knowledge

significantly affects job procedure, and the most dominant element of influencing the employee’s

performance is technology.

Keywords: knowledge management, working performance, Surabaya Plaza Hotel

Hotel sebagai salah satu industri jasa yang

menyediakan jasa penginapan mengalami perkem-

bangan yang sangat pesat, sehingga timbul banyak

persaingan dalam industri ini. Di masa krisis yang

melanda seperti saat ini, banyak pihak yang menya-

dari adanya tuntutan untuk memiliki kemampuan

dalam membuat rencana pengembangan sumber

daya manusia yang berkualitas.

Dalam upaya pengembangan ini, pihak mana-

jemen khususnya di bidang jasa seperti hotel dapat

melakukan perbaikan ke dalam, yaitu dengan mela-

kukan performance appraisal. Menurut pendapat

Rivai (2005) evaluasi kinerja (performance evalua-

tion) yang dikenal juga dengan istilah penilaian kerja

(performance appraisal), performance rating, per-

formance assessment, employee evaluation, merit,

rating, efficiency rating, service rating, pada

dasarnya merupakan proses yang digunakan

perusahaan untuk mengevaluasi job performance.

Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan

memberikan manfaat yang penting bagi karyawan,

departemen sumber daya manusia, maupun bagi

hotel itu sendiri.

Lebih lanjut kinerja karyawan akan mencapai

hasil yang lebih maksimal apabila didukung dengan

knowledge yang dimiliki. Setiap karyawan diharap-

kan dapat terus menggali pengetahuannya dan tidak

hanya bergantung atau terpaku pada sistem yang ada.

Sehingga dapat dikatakan bahwa setiap karyawan

mempunyai peran di dalam meningkatkan per-

usahaannya. Seperti yang dikatakan oleh Fatwan

(2006), faktor yang mempengaruhi lingkungan bisnis

saat ini bukan lagi era informasi, tetapi sudah beralih

ke era pengetahuan.

Menyadari adanya fenomena tersebut maka

Surabaya Plaza Hotel melakukan suatu gebrakan

dengan menerapkan knowledge management (KM)

pada karyawannya. Berdasarkan penuturan Anshori

(2004) selaku General Manager SPH, knowledge

management yang diterapkan pada Surabaya Plaza

Hotel terbagi menjadi 2 yaitu, tacit knowledge dan

explicit knowledge. Yang pertama adalah penge-

tahuan individu yang didapat dari pengalaman

keseharian, yang sulit diduplikasikan dan diajarkan

kepada orang lain dimana penulis mengkategorikan

dalam bentuk pengetahuan individu atau personal

80

Kosasih, Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

81

knowledge. Yang kedua, pengetahuan yang bisa

ditransformasikan antar individu sehingga lebih

mudah dideskripsikan ke dalam dokumen, praktik,

pelatihan dan lain-lain dimana penulis mengkategori-

kan dalam bentuk job procedure, dan technology.

Pada akhirnya suatu sistem manajemen baru

seperti knowledge management tentunya membutuh-

kan proses yang cukup lama untuk penyesuaiannya,

sehingga dibutuhkan metode-metode yang koope-

ratif agar dapat membantu kelancaran sistem ter-

sebut. Surabaya Plaza Hotel sendiri telah menjalan-

kan sistem ini sejak pertengahan juni 2002 lalu,

walaupun ada hambatan dan kesulitan yang dihadapi

namun pasti ada hasil yang telah diraih oleh pihak

manajemen sendiri.

TEORI PENUNJANG

Konsep Knowledge Management

Knowledge management menjadi guidance

tentang pengelolaan intangible assets yang menjadi

pilar perusahaan dalam menciptakan nilai (dari

produk/jasa/solusi) yang ditawarkan perusahaan

kepada pelanggannya. Oleh karena itu, pemahaman

mengenai nilai buku perusahaan harus disertai

dengan pemahaman nilai intangible assets perusa-

haan.

Jenis penerapan knowledge management ada dua,

yaitu:

1. Tacit Knowledge

Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal,

dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk

diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,

2004). Berdasarkan pengertiannya, maka tacit

knowledge dikategorikan sebagai personal know-

ledge atau dengan kata lain pengetahuan yang

diperoleh dari individu (perorangan).

Menurut Bahm (1995, p. 199) penelitian pada

sifat dasar pengetahuan seketika mempertemukan

perbedaan antara knower dan known, atau seringkali

diartikan dalam istilah subject dan object, atau

ingredient subjective dan objective dalam penga-

laman.

Pengalaman yang diperoleh tiap karyawan tentu-

nya berbeda-beda berdasarkan situasi dan kondisi

yang tidak dapat diprediksi. Definisi experience yang

diambil dari kamus bahasa Inggris adalah the

process of gaining knowledge or skill over a period

of time through seeing and doing things rather than

through studying. Yang artinya proses memperoleh

pengetahuan atau kemampuan selama periode ter-

tentu dengan melihat dan melakukan hal-hal dari-

pada dengan belajar.

2. Explicit knowledge

Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis

yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi

(Carrillo et al., 2004). Penerapan explicit knowledge

ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh

dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang dido-

kumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat

mempelajarinya secara independent. Explicit know-

ledge dalam penelitian ini adalah job procedure dan

technology.

Job procedure adalah tanggung jawab atau tugas

yang bersifat formal atau perintah resmi atau cara

melakukan hal-hal. Berdasarkan pernyataan Anshori

selaku pihak yang mencetuskan knowledge mana-

gement, salah satu bentuk konkret dari explicit

knowledge adalah Standard Operation Procedure.

Standard Operation Procedure atau prosedur pelak-

sanaan dasar dibuat untuk mempertahankan kualitas

dan hasil kerja, dimana tugas-tugas akan semakin

mudah dikerjakan dan tamu akan terbiasa dengan

sistem pelayanan yang ada.

Teknologi merupakan salah satu elemen pokok

yang terdapat pada knowledge management, dikenal

sebagai media yang mempermudah penyebaran

explicit knowledge. Salah satu teknologi paling

mutakhir yang saat ini digunakan oleh banyak

perusahaan untuk proses penyebaran knowledge

adalah intranet, dimana hal ini didasarkan pada

kebutuhan untuk mengakses knowledge dan melaku-

kan kolaborasi, komunikasi serta sharing knowledge

secara ”on line”. Intranet atau disebut juga internal

internet merupakan salah satu bentuk teknologi

yang diterapkan di Surabaya Plaza Hotel. Intranet

menawarkan kesempatan untuk menggunakan tele-

komunikasi yang maju yang telah dikembangkan

dari internet.

Konsep Kinerja Karyawan

Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang

dihasilkan oleh masing-masing karyawan untuk

membantu badan usaha dalam mencapai dan me-

wujudkan tujuan badan usaha. Pada dasarnya kinerja

dari seseorang merupakan hal yang bersifat individu

karena masing-masing dari karyawan memiliki

tingkat kemampuan yang berbeda. Kinerja seseorang

tergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha,

dan kesempatan yang diperoleh (Dale, 1992, p. 3).

Menurut Bernardin dan Russel (1993, p. 382)

terdapat 6 kriteria untuk menilai kinerja karyawan,

yaitu:

1. Quality

Tingkatan dimana proses atau penyesuaian pada

cara yang ideal di dalam melakukan aktifitas atau

memenuhi aktifitas yang sesuai harapan.

JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL.3, NO.2, SEPTEMBER 2007: 80-88

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

82

2. Quantity

Jumlah yang dihasilkan diwujudkan melalui nilai

mata uang, jumlah unit, atau jumlah dari siklus

aktifitas yang telah diselesaikan.

3. Timeliness

Tingkatan di mana aktifitas telah diselesaikan

dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditentu-

kan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk

aktifitas lain.

4. Cost effectiveness

Tingkatan dimana penggunaan sumber daya

perusahaan berupa manusia, keuangan, dan tek-

nologi dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil

yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari

tiap unit.

5. Need for supervision

Tingkatan dimana seorang karyawan dapat mela-

kukan pekerjaannya tanpa perlu meminta per-

tolongan atau bimbingan dari atasannya.

6. Interpersonal impact

Tingkatan di mana seorang karyawan merasa

percaya diri, punya keinginan yang baik, dan

bekerja sama di antara rekan kerja.

Namun dari ke-6 kriteria tersebut, terdapat

kriteria yang penulis anggap tidak relevan untuk

penelitian ini, yaitu cost effectiveness dikarenakan

yang dapat mengetahui dan melakukan pengukuran

keefektifan biaya adalah karyawan pada level

managemen bukan karyawan operasional, dimana

dalam penelitian ini yang dipilih sebagai anggota

sampel adalah karyawan operasional.

Hubungan Antara Knowledge Management dan

Kinerja Karyawan

Untuk menghasilkan kinerja yang baik, maka

perusahaan membutuhkan sistem yang baik pula.

Sistem ini bukan hanya peraturan atau standar yang

ada melainkan juga melibatkan pihak-pihak yang

terkait langsung yaitu sumber daya manusianya.

Salah satu sistem manajemen yang menawarkan

suatu disiplin yang memperlakukan intelektual seba-

gai aset yang dikelola adalah knowledge mana-

gement (Honeycutt, 2002), yang diukur dengan 3

variabel yaitu personal knowledge, job procedure,

dan technology. Dalam prakteknya knowledge mana-

gement dapat menjadi guidance tentang pengelolaan

intangible asset yang menjadi pilar perusahaan

dalam menciptakan nilai. Perusahaan perlu menge-

tahui sejauh mana knowledge management berperan

di dalam meningkatkan kinerja karyawan khususnya

di indusrti perhotelan. Maka dari itu, kinerja karya-

wan akan diukur melalui 5 kriteria penilaian karya-

wan, yaitu: quality, quantity, timeliness, need for

supervision, dan interpersonal impact.

Kerangka Berpikir

IMPLEMENTASI

KNOWLEDGE

MANAGEMENT

SURABAYA PLAZA HOTEL

PERSONAL KNOWLEDGE

Experience

EXPLICIT

KNOWLEDGE

TACIT KNOWLEDGE

JOB PROCEDURE

Pemahaman Standard

Operation Procedure

(SOP)

TECHNOLOGY

Penggunaan

Intranet

Kinerja Karyawan Front Office:

1. Quality

2. Quantity

3. Timeliness

4. Need for Supervision

5. Interpersonal Impact

FRONT OFFICE

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Hipotesis

Berdasarkan teori di atas penulis menyusun hipo-

tesis sebagai berikut:

1. Personal knowledge, job procedure, technology

secara signifikan mempengaruhi kinerja karya-

wan hotel.

2. Personal knowledge berpengaruh terhadap pema-

haman karyawan akan job procedure.

3. Yang paling dominan mempengaruhi kinerja

karyawan hotel adalah job procedure.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian

ini adalah penelitian penjelasan (explanatory

research) dengan metode kuantitatif. Populasi pene-

litian ini adalah karyawan departemen front office di

Surabaya Plaza Hotel yang berjumlah 43 orang.

Metode pengambilan sampel yang digunakan

adalah judgement sampling yaitu sampel yang dipilih

berdasarkan karakteristik tertentu, dalam hal ini

adalah karyawan front office Surabaya Plaza Hotel

pada level operasional yang bekerja minimal 1 tahun

sebanyak 26 orang.

Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpul-

kan, yaitu:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh

peneliti untuk tujuan khusus dalam menjawab

masalah penelitian (Malhotra, 2004). Data primer

dalam penelitian ini adalah data mengenai

implementasi knowledge management yang

terdiri dari: personal knowledge, job procedure,

Kosasih, Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

83

technology. Selain itu yang termasuk data primer

adalah data tentang kinerja karyawan berdasarkan

performance appraisal form yang bersumber dari

data sekunder Surabaya Plaza Hotel.

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan

untuk tujuan tertentu selain dari masalah pene-

litian (Malhotra, 2004). Data penelitian sekunder

adalah berupa data mengenai Standard Operation

Procedure karyawan front office, struktur organi-

sasi Surabaya Plaza Hotel dan struktur organisasi

departemen front office, serta job description sub-

divisi front office antara lain reservation,

reception, business centre, telephone operator,

dan concierge.

Definisi Operasional Variabel

1. Personal knowledge adalah pengetahuan yang

diperoleh karyawan front office berupa penga-

laman baik dari kejadian sehari-hari ataupun dari

sumber lainnya. Indikator empirik:

a. Setiap karyawan harus memiliki pengalaman

kerja minimal 1 tahun di bidangnya.

b. Karyawan yang berpengalaman cenderung

bekerja lebih profesional daripada karyawan

yang belum memiliki pengalaman sama

sekali.

c. Pengalaman bukan hanya diperoleh dari diri

sendiri tetapi juga dari orang lain.

d. Mendapatkan pengalaman baru setiap hari.

e. Pengalaman yang diperoleh memperkaya

pengetahuan.

f. Akan lebih baik apabila mempelajari penga-

laman dari departemen lain, walaupun tidak

termasuk dalam tanggung jawab karyawan

satu departemen.

g. Mengkomunikasikan pengalaman kerja de-

ngan rekan kerja.

h. Ikut ambil bagian dalam forum ’Sharing best-

practices’ dan membagikan pengalaman

untuk kemajuan perusahaan.

i. Kegiatan’Sharing best-practices’ bermanfaat

untuk menambah pengalaman.

j. Masalah yang dihadapi dapat dijadikan pela-

jaran yang berharga

2. Job procedure adalah tanggung jawab atau tugas

yang harus dijalankan oleh karyawan front office

berdasarkan Standard Operation Procedure

yang ada dan sifatnya formal. Indikator empirik:

a. SOP dapat menjamin terciptanya produk yang

standar meskipun dikerjakan oleh orang yang

berbeda.

b. Dengan adanya SOP pekerjaan menjadi ter-

arah dan terkoordinir.

c. SOP merupakan sarana komunikasi dalam

mencapai sasaran dan tujuan perusahaan.

d. SOP dapat menunjukkan tanggung jawab

kerja dengan sangat jelas.

e. SOP dapat meningkatkan produktivitas kerja

dan mengefesiensi waktu.

f. Pemahaman mengenai SOP sudah sangat

baik.

g. SOP dapat dijadikan acuan dalam pelaksana-

an pelatihan dalam departemen saya.

h. SOP dalam departemen telah memenuhi

standar yang ada.

i. Seorang karyawan yang memiliki ide dari

pengalaman yang dimilikinya dan diubah

dalam bentuk SOP merupakan gagasan yang

baik.

j. SOP yang ada sudah memberikan hasil yang

cukup efektif.

3. Technology adalah media penyebaran informasi

melalui sarana intranet yang digunakan untuk

mendukung tiap kegiatan kerja di dalam

perusahaan. Indikator empirik:

a. Pemahaman tentang intranet sudah baik.

b. Frekuensi menggunakan fasilitas intranet

selama jam kerja.

c. Intranet merupakan sarana yang sesuai untuk

mendapat dan menyebarkan informasi.

d. Pengetahuan akan intranet wajib diketahui

oleh semua karyawan baik staff maupun

karyawan penyelia.

e. Fasilitas intranet yang ada saat ini sangat

membantu proses kerja karyawan.

f. Fasilitas intranet dapat meningkatkan efisiensi

kerja baik dari segi waktu dan biaya.

g. Frekuensi penggunaan intranet untuk mencari

informasi dan menambah pengetahuan.

h. Pemanfaatan teknologi di departemen sudah

benar-benar efektif.

i. Fasilitas Intranet sangat membantu di dalam

menyimpan dan mengirim data.

TEKNIK ANALISIS DATA

1. Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini penulis melakukan

perhitungan distribusi frekuensi dan mean (nilai

rata-rata) untuk memberikan gambaran atau

deskripsi dari data yang diperoleh.

2. Analisis Path Dengan Menggunakan Per-

modelan SEM (Structural Equation Modeling)

Menurut Basuki (2006) prinsip structural

equation model merupakan pendekatan ter-

integrasi dari confirmatory factor analysis dan

path analysis (analisis jalur). Analisis jalur mem-

pelajari apakah hubungan yang terjadi disebab-

kan oleh pengaruh langsung dan tidak langsung

dari variabel independen terhadap variabel depen-

den, mempelajari ketergantungan sejumlah varia-

bel dalam suatu model (model kausal), mengana-

lisis hubungan antar variabel dari model kausal

yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar

JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL.3, NO.2, SEPTEMBER 2007: 80-88

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra

http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT

84

pertimbangan teoritis, serta menguji seperangkat

hipotesis kausal dan menginterpretasikan hu-

bungan tersebut (langsung atau tidak langsung).

3. Partial Least Square (PLS)

Partial least square dikembangkan sebagai alter-

natif untuk situasi dimana dasar teori pada peran-

cangan model lemah dan atau indikator yang

tersedia tidak memenuhi model pengukuran

refleksif. Partial least square merupakan metode

analisis yang powerful karena dapat diterapkan

pada semua skala data, tidak membutuhkan

banyak asumsi dan ukuran sample tidak harus

besar.

  • Monthly

  • Blogroll

  • Meta

    • Subscribe to RSS feed
    • The latest comments to all posts in RSS
    • Subscribe to Atom feed
    • Powered by WordPress; state-of-the-art semantic personal publishing platform.
    • Firefox - Rediscover the web